Bukan Tanaman Asli Indonesia
Tanaman jahe bukan tanaman asli Indonesia, namun karena sudah beberapa ratus tahun menetap dan dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia, maka setiap daerah telah memberikan nama yang khas. Nana lain untuk tanaman jahe di pelbagai daerah, yaitu di:
Aceh: Halai
Nias: Lahai
Minang: Sipodeh
Jateng/Jatim: Jae
Madura: Jhai
Flores: Lia
Bali: Jae atau Jahya
Gorontalo: Melito
Ternate: Goraka
Timor: Late
Irian Jaya: Lali.
Setelah memperhatikan penyebarluasan tanaman jahe di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa tanaman jahe dapat tumbuh di tempat yang berbeda iklim, ketinggian tempat, dan tanah.
Negara asal tanaman jahe
Tanaman jahe yang besar kemungkinannya berasal dari RRC dan India. Kepastian tentang dari mana asal yang sebenarnya tidak ada yang tahu dengan pasti. Yang jelas ialah bahwa jahe menyebar luas di daerah tropis di seluruh dunia, bahkan di daerah subtropis USA (Florida). Sebelum perang sudah mulai diusahakan menanam jahe.
Daerah tropis yang terkenal dengan hasil rimpang Jahe ialah: RRC, India, Vietnam, Ceylon, Afrika, Trinidad, Jamaica, Malaysia, dan Indonesia.
India merupakan negara penghasil jahe yang terbesar di seluruh dunia. Tidak kurang dari 50% rempah-rempah produksi dunia dihasilkan oleh India. Sedangkan Jamaica merupakan penghasil rimpang jahe yang kualitasnya paling tinggi di dunia.
Dunia Barat mulai mengenal jahe pada awal tahun Masehi, bukan sebagai rempah-rempah, melainkan sebagai manisan jahe di dalam pot. Orang-orang Spanyol, banyak jasanya dalam penyebarluasan jahe di Amerika Tengah, Amerika Selatan, maupun Asia Tenggara.
Tanaman Jahe di Indonesia
Tanaman jahe di Indonesia rata-rata membentuk batang lebih tinggi dari 1 meter. Seluruh batangnya tertutup oleh kelopak daun yang memanjang dan melingkari batang. Daunnya berbentuk langsat.
a. Bunga
Bunga tanaman jahe berbentuk malai, bertangkai panjang, dan tampak sebagai susunan kelopak bunga. Di setiap kelopak bunga yang hijau warnanya tumbuh bunga berwarna kuning bertitik ungu. Mahkota bunganya terdiri atas tiga helai tajuk bunga. Benang sarinya hanya satu helai yang fertil (bersari). Bunga tumbuh tidak jauh dari induk rimpang.
b. Rimpang
Rimpang induk tanaman jahe membentuk cabang-cabang ke semua arah dan dapat membentuk dua lapisan bertumpang tindih. Ranting-ranting rimpang yang berada di bagian atas dapat tumbuh membentuk batang baru, sedangkan yang berada di bagian bawah merupakan kuntum-kuntum tidur. Rimpang yang tampak ber- buku-buku membentuk akar lateral mendatar dan tidak dalam di bawah permukaan tanah. Bentuk rimpang pada umumnya gemuk agak pipih dan berkulit mudah dikelupas.
Selama pertumbuhan tanaman jahe mengalami masa istirahat menjelang akhir musim kemarau yang didahului dengan mengeringnya batang dan daun. Masa ini disebut periode senescence. Induk rimpang dapat bertahan lebih dari setahun di dalam tanah yang akhirnya mengayu. Rimpang yang sudah mengayu masih bisa dijual, bahkan bisa lebih mahal daripada yang masih berumur satu tahun. Rimpang tua ini di Kuningan diberi nama 'langkeong" atau "bah".
Rimpang jahe mengandung minyak atsiri yang berada di dalam sel-sel/jaringan dagingnya. Komposisi kimiawi rimpang jahe menentukan tinggi rendahnya nilai aroma dan pedasnya rimpang jahe. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komposisi kimiawi rimpang jahe ialah:
- jenisnya;
- tanahnya sewaktu jahe ditanam;
- umur rimpang jahe dipanen;
- perlakuan yang diterapkan terhadap tanamannya sendiri dalam bentuk perabukan, pengairan, dan sebagainya;
- perlakuan terhadap hasil rimpang setelah pascapanen, untuk siap jual;
- pengolahan rimpang jahe (untuk dijadikan bubuk jahe, manisan jahe, dan kristal jahe);
- ekosistem tempat tanaman jahe berada.
Rimpang jahe pada umumnya mengandung:
- minyak atsiri (ginger oil) 0,25-3,3% pembawa aroma dari jahe (bau khas jahe);
- minyak ini terdiri atas beberapa jenis minyak terpentin, zingi- berene, curcumene, philandren, dan sebagainya;
- rasa pedas tidak berada di dalam minyak jahe;
- yang menghasilkan rasa pedas adalah gingerols dan shogaols yang banyak berada dalam oleoresin jahe;
- oleoresin jahe mengandung 33% gingerols;
- selanjutnya, terdapat pula beberapa jenis lipidas, sebanyak 6 -8%, yang terdiri atas asam phosphatide, lecithins, asam lemak bebas, dan sebagainya;
- protein 9%;
- zat tepung 50% lebih;
- vitamin, khususnya niacin dan vitamin A;
- beberapa jenis zat mineral, asam aminos, damar, dan sebagainya. Rasa pedas oleoresin jahe akan menjadi hambar apabila lama berada dalam millieu yang basa (alkalis).
Rimpang jahe segar mengandung enzim protease ± 2,26%. Penggunaan oleoresin jahe secara umum di USA baru mulai ramai dalam tahun 1930. Oleoresin jahe banyak dimanfaatkan dalam berjenis-jenis minuman keras maupun yang ringan (soft drinks). Tidak hanya terbatas pada minuman dan peningkatan cita rasa makanan saja, tetapi oleoresin jahe dapat pula dimanfaatkan untuk cita rasa berjenis-jenis kue, kembang gula, dan sebagainya.
Pemanfaatan ginger oleoresin dalam obat-obatan pun meningkat. Minyak atsiri jahe khusus diperlukan dalam peningkatan aroma hasil-hasil kosmetika, sabun detergen, parfum, dan sebagainya. Maka dapat dinyatakan bahwa perkembangan teknologi jahe dan penggunaan hasil olahannya (minyak dan oleoresin jahe) tetap akan berkembang. Kian hari kian bertambah kebutuhannya akibat meningkatnya penduduk dunia. Paralel dengan peningkatan kebutuhan penduduk dunia terhadap rimpang jahe langsung maupun tidak langsung, mengakibatkan meningkatkan perluasan tanaman jahe.
Indonesia sebagai penghasil rempah-rempah sejak dahulu dapat dipastikan tidak mau ketinggalan. Apalagi dalam masa pembangunan yang kini sedang digalakkan untuk meningkatkan hasil devisa luar negeri yang nonmigas.
Aceh: Halai
Nias: Lahai
Minang: Sipodeh
Jateng/Jatim: Jae
Madura: Jhai
Flores: Lia
Bali: Jae atau Jahya
Gorontalo: Melito
Ternate: Goraka
Timor: Late
Irian Jaya: Lali.
Setelah memperhatikan penyebarluasan tanaman jahe di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa tanaman jahe dapat tumbuh di tempat yang berbeda iklim, ketinggian tempat, dan tanah.
Negara asal tanaman jahe
Tanaman jahe yang besar kemungkinannya berasal dari RRC dan India. Kepastian tentang dari mana asal yang sebenarnya tidak ada yang tahu dengan pasti. Yang jelas ialah bahwa jahe menyebar luas di daerah tropis di seluruh dunia, bahkan di daerah subtropis USA (Florida). Sebelum perang sudah mulai diusahakan menanam jahe.
Daerah tropis yang terkenal dengan hasil rimpang Jahe ialah: RRC, India, Vietnam, Ceylon, Afrika, Trinidad, Jamaica, Malaysia, dan Indonesia.
India merupakan negara penghasil jahe yang terbesar di seluruh dunia. Tidak kurang dari 50% rempah-rempah produksi dunia dihasilkan oleh India. Sedangkan Jamaica merupakan penghasil rimpang jahe yang kualitasnya paling tinggi di dunia.
Dunia Barat mulai mengenal jahe pada awal tahun Masehi, bukan sebagai rempah-rempah, melainkan sebagai manisan jahe di dalam pot. Orang-orang Spanyol, banyak jasanya dalam penyebarluasan jahe di Amerika Tengah, Amerika Selatan, maupun Asia Tenggara.
Tanaman Jahe di Indonesia
Tanaman jahe di Indonesia rata-rata membentuk batang lebih tinggi dari 1 meter. Seluruh batangnya tertutup oleh kelopak daun yang memanjang dan melingkari batang. Daunnya berbentuk langsat.
a. Bunga
Bunga tanaman jahe berbentuk malai, bertangkai panjang, dan tampak sebagai susunan kelopak bunga. Di setiap kelopak bunga yang hijau warnanya tumbuh bunga berwarna kuning bertitik ungu. Mahkota bunganya terdiri atas tiga helai tajuk bunga. Benang sarinya hanya satu helai yang fertil (bersari). Bunga tumbuh tidak jauh dari induk rimpang.
b. Rimpang
Rimpang induk tanaman jahe membentuk cabang-cabang ke semua arah dan dapat membentuk dua lapisan bertumpang tindih. Ranting-ranting rimpang yang berada di bagian atas dapat tumbuh membentuk batang baru, sedangkan yang berada di bagian bawah merupakan kuntum-kuntum tidur. Rimpang yang tampak ber- buku-buku membentuk akar lateral mendatar dan tidak dalam di bawah permukaan tanah. Bentuk rimpang pada umumnya gemuk agak pipih dan berkulit mudah dikelupas.
Selama pertumbuhan tanaman jahe mengalami masa istirahat menjelang akhir musim kemarau yang didahului dengan mengeringnya batang dan daun. Masa ini disebut periode senescence. Induk rimpang dapat bertahan lebih dari setahun di dalam tanah yang akhirnya mengayu. Rimpang yang sudah mengayu masih bisa dijual, bahkan bisa lebih mahal daripada yang masih berumur satu tahun. Rimpang tua ini di Kuningan diberi nama 'langkeong" atau "bah".
Rimpang jahe mengandung minyak atsiri yang berada di dalam sel-sel/jaringan dagingnya. Komposisi kimiawi rimpang jahe menentukan tinggi rendahnya nilai aroma dan pedasnya rimpang jahe. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komposisi kimiawi rimpang jahe ialah:
- jenisnya;
- tanahnya sewaktu jahe ditanam;
- umur rimpang jahe dipanen;
- perlakuan yang diterapkan terhadap tanamannya sendiri dalam bentuk perabukan, pengairan, dan sebagainya;
- perlakuan terhadap hasil rimpang setelah pascapanen, untuk siap jual;
- pengolahan rimpang jahe (untuk dijadikan bubuk jahe, manisan jahe, dan kristal jahe);
- ekosistem tempat tanaman jahe berada.
Rimpang jahe pada umumnya mengandung:
- minyak atsiri (ginger oil) 0,25-3,3% pembawa aroma dari jahe (bau khas jahe);
- minyak ini terdiri atas beberapa jenis minyak terpentin, zingi- berene, curcumene, philandren, dan sebagainya;
- rasa pedas tidak berada di dalam minyak jahe;
- yang menghasilkan rasa pedas adalah gingerols dan shogaols yang banyak berada dalam oleoresin jahe;
- oleoresin jahe mengandung 33% gingerols;
- selanjutnya, terdapat pula beberapa jenis lipidas, sebanyak 6 -8%, yang terdiri atas asam phosphatide, lecithins, asam lemak bebas, dan sebagainya;
- protein 9%;
- zat tepung 50% lebih;
- vitamin, khususnya niacin dan vitamin A;
- beberapa jenis zat mineral, asam aminos, damar, dan sebagainya. Rasa pedas oleoresin jahe akan menjadi hambar apabila lama berada dalam millieu yang basa (alkalis).
Rimpang jahe segar mengandung enzim protease ± 2,26%. Penggunaan oleoresin jahe secara umum di USA baru mulai ramai dalam tahun 1930. Oleoresin jahe banyak dimanfaatkan dalam berjenis-jenis minuman keras maupun yang ringan (soft drinks). Tidak hanya terbatas pada minuman dan peningkatan cita rasa makanan saja, tetapi oleoresin jahe dapat pula dimanfaatkan untuk cita rasa berjenis-jenis kue, kembang gula, dan sebagainya.
Pemanfaatan ginger oleoresin dalam obat-obatan pun meningkat. Minyak atsiri jahe khusus diperlukan dalam peningkatan aroma hasil-hasil kosmetika, sabun detergen, parfum, dan sebagainya. Maka dapat dinyatakan bahwa perkembangan teknologi jahe dan penggunaan hasil olahannya (minyak dan oleoresin jahe) tetap akan berkembang. Kian hari kian bertambah kebutuhannya akibat meningkatnya penduduk dunia. Paralel dengan peningkatan kebutuhan penduduk dunia terhadap rimpang jahe langsung maupun tidak langsung, mengakibatkan meningkatkan perluasan tanaman jahe.
Indonesia sebagai penghasil rempah-rempah sejak dahulu dapat dipastikan tidak mau ketinggalan. Apalagi dalam masa pembangunan yang kini sedang digalakkan untuk meningkatkan hasil devisa luar negeri yang nonmigas.